Saturday 7 March 2015

KITAB MAFAHIM YAJIBU AN TUSHAHHAH
(Paham-paham yang Harus Diluruskan)
Oleh:
Prof. DR. Sayyid Muhammad Alwi al Maliki al Hasani al Makki
 

MAJAZ ‘AQLI DAN PENGGUNAANNYA

Tidak disangsikan lagi bahwa majaz ‘aqli digunakan dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Diantaranya yang artinya: “Dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya).” ( Q.S.Al.Anfaal : 2 )Penyandaran kalimat ziyadah ke kalimat aayaat adalah majaz ‘aqli. Karena ayat adalah penyebab bertambah sedang yang menambah sesungguhnya adalah Allah Subhaanahu wa ta’aala.

Allah Subhaanahu wa ta’aala  berfirman:
“Hari yang menjadikan anak-anak beruban.” ( Q.S.Al.Muzzammil :17 )
Penyandaran kata Ja’ala pada pada alyaum adalah majaz ‘aqli. Karena Al-Yaum adalah tempat mereka menjadi beruban. Kejadian tersebut tercipta pada Al-Yaum sedang yang menjadikan sesungguhnya adalah Allah Subhaanahu wa ta’aala.
Firman Allah Subhaanahu wa ta’aala:
“Dan jangan pula suwwa`, yaghuts, ya`uq dan nasr. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan ( manusia ).”( Q.S.Nuh : 23-24 )
Penyandaran Idlal pada Ashnam adalah majaz ‘aqli karena ashnam adalah penyebab terjadinya idlal sedang yang memberi petunjuk dan yang menyesatkan hakikatnya Allah Subhaanahu wa ta’aala semata.
Firman Allah mengisahkan Fir’aun yang artinya : “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi.” (Q.S.Al-Mu`min : 36)
Penyandaran Al-Binaa kepada Haman adalah majaz ‘aqli karena Haman cuma penyebab. Ia hanya pemberi perintah tidak membangun sendiri. Yang membangun adalah para pekerja.
 
Adapun keberadaaan majaz ‘aqli dalam hadits maka di dalamnya terdapat jumlah yang banyak yang diketahui oleh orang yang mau mengkajinya. Para ulama berkata : Terlontarnya penyandaran di atas dari orang yang mengesakan Allah cukup menjadikannya dikategorikan sebagai penyandaran majazi karena keyakinan yang benar adalah bahwa pencipta para hamba dan tindakan-tindakan mereka adalah Allah semata. Allah adalah pencipta para hamba dan tindakan-tindakan mereka. Tidak ada yang bisa memberikan pengaruh kecuali Allah. Orang hidup atau orang mati tidak bisa memberi pengaruh apapun. Keyakinan semacam ini adalah tauhid yang murni. Berbeda kalau memiliki keyakinan yang berlawanan. Maka ia bisa jatuh dalam kemusyrikan.
Semoga bermanfaat.


 

0 comments:

Post a Comment