KITAB MAFAHIM YAJIBU AN TUSHAHHAH
(Paham-paham yang Harus Diluruskan)
Oleh:
Prof. DR. Sayyid Muhammad Alwi al Maliki al Hasani al Makki
MAJAZ ‘AQLI DAN PENGGUNAANNYA
Tidak disangsikan lagi bahwa majaz ‘aqli
digunakan dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Diantaranya yang artinya: “Dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya).” (
Q.S.Al.Anfaal : 2 )Penyandaran kalimat ziyadah ke kalimat aayaat adalah
majaz ‘aqli. Karena ayat adalah penyebab bertambah sedang yang menambah
sesungguhnya adalah Allah Subhaanahu wa ta’aala.
Allah Subhaanahu wa ta’aala berfirman:
“Hari yang menjadikan anak-anak beruban.” ( Q.S.Al.Muzzammil :17 )
Penyandaran kata Ja’ala pada pada alyaum
adalah majaz ‘aqli. Karena Al-Yaum adalah tempat mereka menjadi beruban.
Kejadian tersebut tercipta pada Al-Yaum sedang yang menjadikan
sesungguhnya adalah Allah Subhaanahu wa ta’aala.
Firman Allah Subhaanahu wa ta’aala:
“Dan jangan pula suwwa`, yaghuts, ya`uq dan nasr. Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan ( manusia ).”( Q.S.Nuh : 23-24 )
Penyandaran Idlal pada Ashnam adalah
majaz ‘aqli karena ashnam adalah penyebab terjadinya idlal sedang yang
memberi petunjuk dan yang menyesatkan hakikatnya Allah Subhaanahu wa
ta’aala semata.
Firman Allah mengisahkan Fir’aun yang artinya : “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi.” (Q.S.Al-Mu`min : 36)
Penyandaran Al-Binaa kepada Haman adalah
majaz ‘aqli karena Haman cuma penyebab. Ia hanya pemberi perintah tidak
membangun sendiri. Yang membangun adalah para pekerja.
Adapun
keberadaaan majaz ‘aqli dalam hadits maka di dalamnya terdapat jumlah
yang banyak yang diketahui oleh orang yang mau mengkajinya. Para ulama
berkata : Terlontarnya penyandaran di atas dari orang yang mengesakan
Allah cukup menjadikannya dikategorikan sebagai penyandaran majazi
karena keyakinan yang benar adalah bahwa pencipta para hamba dan
tindakan-tindakan mereka adalah Allah semata. Allah adalah pencipta para
hamba dan tindakan-tindakan mereka. Tidak ada yang bisa memberikan
pengaruh kecuali Allah. Orang hidup atau orang mati tidak bisa memberi
pengaruh apapun. Keyakinan semacam ini adalah tauhid yang murni. Berbeda
kalau memiliki keyakinan yang berlawanan. Maka ia bisa jatuh dalam
kemusyrikan.
Semoga bermanfaat.
Sumber : https://jundumuhammad.wordpress.com
0 comments:
Post a Comment